Semalam entah mengapa dia hadir dalam mimpiku. Seseorang yang pernah begitu lekat dalam kehidupanku. Seseorang yang pernah menorehkan suka dan duka yang begitu mendalam dalam hatiku. Seseorang yang pernah begitu indah yang aku cinta. Seseorang yang sejak kemunculannya tahun lalu, kembali hadir lagi mengunjungiku.
Dia hanya diam menatapku. Hanya tersenyum dengan tatapan yang begitu mendalam. Ada riak kerinduan disana. Dan aku hanya bisa terpaku. Benar-benar terpaku. Ada riak air dimataku ingin tertumpah melihatnya. Ada jutaan kata dalam benakku namun lidahku terasa sangat kelu. Dia melambaikan tangannya memintaku untuk mendekatnya. Aku mendekat. Semakin mendekat pada tubuhnya yang terlihat begitu tak berdaya di mataku. Senyum terus menghiasi bibirnya dengan tatap yang menurutku penuh misteri. Tak ada suara. Hanya belaian jemarinya terasa begitu hangat di wajahku. Genggaman tangannya seakan mengatakan betapa dia ingin menemuiku. Aku gamang. Benar-benar gamang. dan ketika dia memberikanku sebuah kecupan lembut di pipi, aku benar-benar menangis. Aku ingat kecupan itu. Aku ingat rasa sayang itu, Aku ingat kelembutan itu. Aku ingat betapa aku telah kehilangannya sejak bertahun-tahun yang lalu. Dan jiwaku semakin terluka ketika aku begitu ingin berkata "Aku akan segera menikah dengan lelaki yang lain" tak dapat kuucapkan. Tapi sepertinya dia mengerti kegelisahanku. Anggukan kecil yang dia tunjukkan seakan memberi jawapan.
Dia hanya diam menatapku. Hanya tersenyum dengan tatapan yang begitu mendalam. Ada riak kerinduan disana. Dan aku hanya bisa terpaku. Benar-benar terpaku. Ada riak air dimataku ingin tertumpah melihatnya. Ada jutaan kata dalam benakku namun lidahku terasa sangat kelu. Dia melambaikan tangannya memintaku untuk mendekatnya. Aku mendekat. Semakin mendekat pada tubuhnya yang terlihat begitu tak berdaya di mataku. Senyum terus menghiasi bibirnya dengan tatap yang menurutku penuh misteri. Tak ada suara. Hanya belaian jemarinya terasa begitu hangat di wajahku. Genggaman tangannya seakan mengatakan betapa dia ingin menemuiku. Aku gamang. Benar-benar gamang. dan ketika dia memberikanku sebuah kecupan lembut di pipi, aku benar-benar menangis. Aku ingat kecupan itu. Aku ingat rasa sayang itu, Aku ingat kelembutan itu. Aku ingat betapa aku telah kehilangannya sejak bertahun-tahun yang lalu. Dan jiwaku semakin terluka ketika aku begitu ingin berkata "Aku akan segera menikah dengan lelaki yang lain" tak dapat kuucapkan. Tapi sepertinya dia mengerti kegelisahanku. Anggukan kecil yang dia tunjukkan seakan memberi jawapan.
Akhir-akhir ini entah mengapa aku seperti berada di suatu tempat yang tak aku inginkan..Aku didera perasaan yang sesungguhnya sangat menyiksaku. Mungkin benar kata kawan-kawanku bahwa ketika kita memutuskan sesuatu yang sangat besar dalam hidup kita maka akan banyak sekali godaan dan cobaan yang berusaha menjatuhkan kita. Aku merasakannya..
Jujur aku merasa bahwa terkadang akal sehatku terkalahkan oleh naluriku yang aku sendiri tidak tau apakah itu benar atau salah. Jiwaku seakan terus menjerit tersiksa oleh luapan perasaanku sendiri. Sikap posesif yang selama ini telah berhasil ku tenggelamkan dalam ruang gelap hidupku entah mengapa akhir-akhir ini berusaha berontak untuk menguasaiku. Ini tidak baik. Sungguh tidak baik.
Aku merasa sangat sepi. Tak ada tempat untuk berteriak, tak ada tempat untuk bersembunyi, tak ada tempat untuk menumpahkan kegundahanku..
Aku merasa sangat takut..bayang bayang hitam kegagalan mulai hadir menghantuiku. Perasaan sakit kala kehilangan mulai menjadi sesuatu yang sangat menakutkan dalam tidurku. Mengapa harus begini? Tak ada yang berusaha menenangkanku. Tak ada yang berusaha membantu aku agar lepas dari kegelisahan ini..Aku benar-benar sedih. Sangat sedih.. Seharusnya aku bahagia menghadapi persiapan ini tapi mengapa justru airmata yang kerap mendatangiku. Seharusnya senyum yang menghiasi wajahku tapi mengapa kegundahan yang kerap menghampiriku. Aku merasa kesepian..
Aku tidak menyesalinya..sungguh aku sama sekali tidak menyesalinya. Justru akulah yang memutuskan untuk bersamanya. Aku sangat mencintainya. Sangat sangat mencintainya. Mungkin karena begitu sayangnya hingga sang posesif mulai berusaha menguasaiku. Kegundahanku tak ada hubungan dengan dirinya. tapi jangan bertanya kenapa karena sesungguhnya aku sendiri tak mengerti mengapa. Dan hingga kini masih ku terus mencari jawabnya
Jujur aku merasa bahwa terkadang akal sehatku terkalahkan oleh naluriku yang aku sendiri tidak tau apakah itu benar atau salah. Jiwaku seakan terus menjerit tersiksa oleh luapan perasaanku sendiri. Sikap posesif yang selama ini telah berhasil ku tenggelamkan dalam ruang gelap hidupku entah mengapa akhir-akhir ini berusaha berontak untuk menguasaiku. Ini tidak baik. Sungguh tidak baik.
Aku merasa sangat sepi. Tak ada tempat untuk berteriak, tak ada tempat untuk bersembunyi, tak ada tempat untuk menumpahkan kegundahanku..
Aku merasa sangat takut..bayang bayang hitam kegagalan mulai hadir menghantuiku. Perasaan sakit kala kehilangan mulai menjadi sesuatu yang sangat menakutkan dalam tidurku. Mengapa harus begini? Tak ada yang berusaha menenangkanku. Tak ada yang berusaha membantu aku agar lepas dari kegelisahan ini..Aku benar-benar sedih. Sangat sedih.. Seharusnya aku bahagia menghadapi persiapan ini tapi mengapa justru airmata yang kerap mendatangiku. Seharusnya senyum yang menghiasi wajahku tapi mengapa kegundahan yang kerap menghampiriku. Aku merasa kesepian..
Aku tidak menyesalinya..sungguh aku sama sekali tidak menyesalinya. Justru akulah yang memutuskan untuk bersamanya. Aku sangat mencintainya. Sangat sangat mencintainya. Mungkin karena begitu sayangnya hingga sang posesif mulai berusaha menguasaiku. Kegundahanku tak ada hubungan dengan dirinya. tapi jangan bertanya kenapa karena sesungguhnya aku sendiri tak mengerti mengapa. Dan hingga kini masih ku terus mencari jawabnya
Tolonglah…
Jangan biarkan kesedihan dan kegundahan menghantuiku…
Jangan biarkan kesedihan dan kegundahan menghantuiku…
No comments:
Post a Comment